Hubungan antara dua tokoh berpengaruh dunia—Elon Musk dan Donald Trump—kini memasuki babak baru yang semakin panas. Keduanya saling serang melalui media sosial dan pernyataan publik, menciptakan pertikaian terbuka yang mengundang perhatian luas. Perseteruan ini bukan hanya soal ego, tapi juga menyangkut kepentingan politik, bisnis, dan pengaruh terhadap publik Amerika.

Pemicu utama konflik ini muncul ketika Elon Musk secara terbuka mengkritik rencana kebijakan Trump jika mantan presiden itu kembali ke Gedung Putih. Musk menilai kebijakan tersebut tidak berpihak pada masa depan energi terbarukan dan inovasi teknologi. Ia juga menyindir gaya komunikasi Trump yang menurutnya bisa merusak tatanan demokrasi dan memperburuk polarisasi sosial.

Tak tinggal diam, Trump membalas komentar Musk dengan nada keras. Dalam sebuah kampanye, ia menyebut Musk sebagai “pengusaha yang tidak tahu berterima kasih” dan menuduh CEO Tesla dan SpaceX itu mencoba memanfaatkan pemerintahannya di masa lalu. Trump juga menyindir proyek ambisius Musk, termasuk akuisisi Twitter (kini X) medusa88, sebagai “mimpi besar yang belum tentu berhasil.”

Elon Musk kemudian menanggapi kembali lewat platform X miliknya. Ia menegaskan bahwa dirinya tak tunduk pada tekanan politik mana pun dan akan terus memperjuangkan kebebasan berpendapat serta kemajuan teknologi yang inklusif.

Pertikaian ini memicu reaksi luas dari publik dan investor. Beberapa pihak menilai konflik ini bisa berdampak pada persepsi pasar, terutama terhadap perusahaan-perusahaan yang mereka pimpin atau dukung.

Dengan dua tokoh besar saling serang di ruang publik, banyak pihak kini bertanya-tanya: Apakah ini sekadar perang kata, atau awal dari pertempuran kekuasaan di panggung politik dan bisnis global?

By admin